Saya beberapa kali bertemu dan berbincang dengan AAN DWI ATMOJO, pedangdut yang kini lebih dikenal dengan AAN KDI. Bahkan, saya sempat menjadi salah satu tim sukses Aan saat dia ikut KONTES DANGDUT TPI (2004) di Jakarta. Menulis berita, cari pulsa... agar peringkat Aan terjaga.
"Setelah ikut KDI, Aan sibuk sekali. Jarang pulang ke Sidoarjo," kata AMBARWATI, ibu angkat Aan, di Perumahan Palem Putri K/32 Desa Balonggabus, Candi, Sidoarjo.
AAN DWI ATMOJO yang lahir di Mojosari (Mojokerto) 17 Mei 1983, sejak 1999 tinggal di Candi, Sidoarjo. Aan mencuat di KDI sebagai the best four setelah SITI, NASAR, dan SAFARUDDIN. Setelah terpilih sebagai penyanyi favorit KDI I, Aan sangat sibuk. Rekaman, show di televisi, tur ke mana-mana, dan belakangan main sinetron.
"Kalau ada waktu kosong baru saya menyempatkan diri ke Sidoarjo. Agak susah mengatur jadwal," ujar Aan KDI kepada saya. Bekas vokalis beberapa band rock di Sidoarjo ini sudah merilis satu album kompilasi bersama para artis KDI.
Ayah kandung Aan, Joko, tinggal di Mojosari. Namun, karena sekolah di SMK Negeri 9 Surabaya, Aan tinggal di Sidoarjo. Di situlah pemuda bersuara lantang itu aktif di berbagai grup ben, baik di Sidoarjo maupun Surabaya. Suaranya sangat ngerock. Yah... dangdut rock!
Sebelum menjadi artis ngetop seperti sekarang, AAN KDI tidak seglamor sekarang. Mengenakan busana pentas rancangan desainer ternama, dikawal layaknya VIP, hingga jadi rebutan begitu banyak produser dan promotor musik dangdut. Hingga September 2004, AAN DWI ATMOJO belum ada apa-apanya.
Waktu itu, kata IPUNK PURNAMA, Aan memang sudah malang melintang di dunia musik, khususnya rock, tapi masih kelas Sidoarjo, Surabaya, dan Mojokerto. Nama Aan belum dikenal publik.
"Jadi, Aan ini boleh dibilang berangkat ke KDI dari nol. Tapi dia memang punya modal suara dan penampilan yang sudah oke," jelas IPUNK PURNAMA, tim sukses sekaligus manajer Aan di Jawa Timur.
Nah, ketika hendak mengikuti KDI, Aan mendaftarkan diri paling akhir. Ipunk Purnama mengaku pontang-panting untuk mempersiapkan kebutuhan panggung si Aan. Waktu itu Aan belum punya busana panggung yang layak untuk kontes dangdut bergengsi tingkat nasional. Aan kemudian membicarakan persoalan ini kepada Ipunk.
Kebetulan, hubungan Ipunk dengan Aan sudah terjalin akrab sejak lama. "Sudah mirip keluarga sendiri," ujar Ipunk, alumnus SMA Negeri I Sidoarjo itu.
Untung saja, Ipunk punya koleksi busana artis dalam jumlah memadai. Maklum, dia sudah lama bergerak dalam bidang seni, menjadi agen model, sutradara dan penulis skenario, juga fotografer di Sidoarjo. Ipunk memilih busana panggung yang cenderung 'ngerock' sesuai dengan karakter AAN DWI ATMOJO. "Tidak cocok kalau busana panggungnya biasa-biasa saja," tutur Ipunk seraya tersenyum.
Nah, di babak-babak awal KDI, Aan menggunakan busana pinjaman dari Ipunk Purnama. Rupanya, nasib Aan mujur terus hingga anak muda itu bertahan sangat lama di pentas KDI. Seperti diketahui, Aan akhirnya terpilih sebagai 'juara empat' karena kalah dukungan SMS dibandingkan SITI, NASAR, SAFARUDDIN.
Toh, Ipunk sangat bangga karena anak asuhnya itu terpilih sebagai juara favorit pilihan TPI. "Kita harus bangga punya Aan," katanya. Bukan itu saja perjuangan Ipunk untuk mengegolkan Aan. Karena kontes ini menggunakan sistem SMS, Ipunk harus pontang-panting melakukan promosi dan lobi agar warga Sidoarjo, Surabaya, dan Mojokerto (juga Jawa Timur umumnya) ramai-ramai mengirim SMS untuk memenangkan Aan.
Sampai-sampai Ipunk mendatangi Bupati Sidoarjo Win Hendrarso agar 'mengerahkan' pejabat dan warga Sidoarjo untuk ber-SMS ria memenangkan Aan setiap konser TPI hari Selasa.
"Alhamdulillah, akhirnya Aan berhasil meskipun bukan juara satu," katanya.
Posted by Lambertus L. Hurek 16 December 2006